Kecerdasan Buatan, Kacamata Spesial di Astronomi
6 Juli 2021

Kecerdasan buatan bukan lagi makhluk aneh di masa sekarang. Kecerdasan buatan yang merekomendasikan film untuk kita tonton di Netflix, juga membuat karakter untuk berinteraksi saat memainkan permainan daring seorang diri. 

Kecerdasan buatan punya banyak aplikasi dan sudah kita temui saat berselancar di dunia maya. Kehadiran kecerdasan buatan bisa digunakan untuk membawa produk di gudang dan rumah sakit atau bahkan mengingatkan para pemilik kebun kapan waktu terbaik untuk menyirami anggurnya atau memangkas pohon lemon.

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) juga bisa digunakan di astronomi. Contohnya untuk mempertajam visualisasi, sama seperti ketika kita menyesuaikan lensa kacamata untuk memperoleh hasil penglihatan yang tajam. Buat kamu yang memakai kacamata tentu tahu kalau mata kita diperiksa, maka dokter mata akan menggonta ganti lensa sampai kita bisa melihat objek dengan fokus dan tajam. Sepasang lensa yang tepat bisa membawa perubahan!

Di astronomi pun sama. Seperti  saat kacamata buram kita perlu diganti, di astronomi ada “derau” yang bisa mendistorsi citra atau foto dan data lewat beberapa cara. Jadi bukan hanya buram. Derau ini bisa mempengaruhi bentuk galaksi atau bahkan salah mengenali eksoplanet sebagai objek lain yang mirip. 

Tim astronom Jepang belum lama ini mengembangkan teknik AI untuk meningkatkan analisis data astronomi. Teknik ini bisa menghilangkan derau dalam data yang menyebabkan perubahan acak pada bentuk galaksi saat diamati dengan teknik lensa gravitasi. Efek derau tersebut membuat para astronom kesulitan membedakan apakah bentuk galaksi yang aneh berasal dari efek lensa gravitasi atau bukan.

Untuk itu, tim astronom ini melatih kecerdasan buatan dengan 25000 dataset galaksi tiruan hasil simulasi komputasi untuk mengenali dan membedakan galaksi. Dataset tersebut dibuat berdasarkan data pengamatan. Setelah itu, para astronom menambahkan derau untuk menguji apakah AI bisa mengenali efek yang ditimbulkan oleh lensa gravitasi dan bukan. Ternyata ide ini berhasil! 

Para astronom kemudian menggunakan kecerdasan buatan ini pada Teleskop Subaru di Hawai’i dan hasilnya, mereka bisa memperoleh citra galaksi yang sangat detail. 

Para astronom juga menemukan kalau AI bisa melihat distribusi massa objek antariksa seperti model Alam Semesta yang dikerjakan para astronom sejak dulu. Dengan demikian, AI bukan hanya bisa mengenali bentuk galaksi tapi juga bisa jadi alat untuk menganalisis dengan sangat detail data masif dari survei astronomi.  

Image: Analisis data dengan kecerdasan buatan bisa membantu astronom menyingkirkan derau dan menemukan bentuk Alam Semesta. 

Kredit: The Institute of Statistical Mathematics

Fakta Keren

Komputer yang membuat 25000 galaksi tiruan adalah ATERUI II, superkomputer terbaik di dunia yang didedikasikan untuk astronomi. Komputer ini sangat cepat dan bisa mengerjakan tiga kuadriliun atau seribu triliun operasi matematika dalam satu detik!

This Space Scoop is based on a Press Release from NAOJ .
NAOJ
Foto

Penasaran? Yuk cari tahu...

Apa itu Space Scoop

Topik Astronomi lainnya

Mengilhami Generasi Baru Penjelajah Antariksa

Kawan Space Scoop

Kontak Kami